Inilah sepenggal harapan yang penulis bisa uraikan dalam sebuah tulisan ini. Karena berbicara tentang Pendidikan adalah Hak semua Warga Negara Indonesia, sepatutnya dan selayaknya kita mendapatkan hak dan kewajiban sebagai warga negara dengan baik dan tidak membeda-bedakan suku, agama ataupun orang Kota maupun orang Kampung. Harapan akan adanya kualitas dan mutu Pendidikan yang baik, dalam bentuk perlengkapan pendidikan bangunan yang layak dengan ruang kelas yang memadai dan gedung yang layak maupun perlengkapan buku-buku yang bisa digunakan pada saat proses belajar mengajar menjadi penting sebab sangat menunjang proses belajar mengajar yang baik dan melahirkan generasi yang berkualitas untuk menjawab tantang kedepan demi bangsa dan diri sendiri.
Pendidikan sering dikaitakan sebagai roda pembangunan. Pendidikan yang baik akan melahirkan generasi yang baik untuk bangsa ini begitu pula sebaliknya, apabila pendidikan yang tidak baik maka yang didapatkan adalah pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang tidak baik dan melahirkan generasi yang tidak bermutu untuk mengahadapi tantangan masa depan bangsa. Di dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat (1) setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, ayat (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib Membiayainya, ayat (4) Negara memperioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Amanat konstitusi sudah mengatur secara jelas dan terperinci untuk menunjang kebutuhan pendidikan sehingga pemerintah wajib melaksanakanya untuk menjawab kebutuhan pendidikan yang baik. Telah kita ketahui bersama-sama bahwa setiap tahunnya, anggaran pendidikan terus dinaikan untuk menujang kualitas dan mutu dalam bidang pendidikan dan untuk tahun 2014 sendiri pemerintah meningkatkan anggaran pendidikan untuk mendongkrak mutu, akses dan pemerataan pelayanan pendidikan. Tujuannya, mengakselerasi pembangunan sumber daya manusia (SDM). Dalam Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN) 2014, anggaran pendidikan sebesar Rp 371,2 triliun, naik 7,5 persen dari anggaran pendidikan 2013 yang sebesar Rp 345,3 triliun. Tapi kenyataanya, ada sebagian anak negeri bangsa ini yang belum mendapatkan pendidikan yang baik, sedangkan pemerintah sudah menyiapkan dana yang begitu besar dan dikhususkan untuk peningkatan kualitas dalam bidang pendidikan tetapi realita yang terjadi pembangunan mutu pendidikan belum merata di seluruh pelosok bangsa ini sehingga untuk sebagian orang, pendidikan adalah hal yang mudah dan bisa didapatkan dengan hal yang gampang saja, tetapi ada juga sebagian anak negeri yang hidup di bangsa ini sangat sulit untuk mendapatkan mutu pendidikan yang layak, terkadang juga hanya sebuah impian belaka dan hayalan semata, tapi itulah kenyataan yang masih terjadi di sekeliling kita dan terjadi di bangsa yang kita cintai khususnya di Provinsi Maluku.
Dalam realitas pendidikan yang kita ketahui, di bagian pelosok negeri dari Sabang sampai Merauke, ada banyak kualitas pendidikan yang belum memadai baik dari gedung, perlengkapan, proses belajar-mengajar dan SD Inpres Lateri/Kelas Jau Meu/jln Trans Seram/Provinsi Maluku/Kabupaten Maluku Tengah/Kec Amahai/Negri Tamilouw, adalah realita pendidikan yang terjadi. Dalam kunjungan penulis ke Dusun Meu dengan menempuh jarak sekitar 15 km dari Negri Tamilouw dapat ditempuh dengan menggunakan trasportasi darat dan dalam pantauan penulis saat itu, jalur yang dilalui sedikit lebih baik dari sebelumnya walaupun belum memenuhi standarisasi karena belum di aspal.
Bangunan sekolah yang di pakai untuk proses belajar mengajar pun masih tergolong rendah sehingga belum layak untuk dilakukan proses belajar mengajar, kenapa sampai penulis mengatakan demikian ?, Pertama bagunan sekolah ini hanya memiliki 3 Kelas, Kedua dari 3 kelas yang tersedia hanya 1 kelas yang layak untuk di gunakan untuk proses belajar mengajar, Ketiga fasilitas proses belajar mengajar seperti meja kursi juga tidak memadai, Keempat yang di pikirkan oleh penulis ialah darimana dan bagaimana “buku-buku pelajaran“ didapatkan untuk menambah wawasan membaca atau sekedar melihat atlas seperti ketika penulis masih berada di bangku SD. Pada saat kunjungan ke sekolah bertepatan dengan hari libur, sehingga penulis tidak secara langsung melihat aktifitas sekolah, tetapi di dalam pemikiran penulis bisa membayangkan apa yang akan yang terjadi dengan kondisi sekolah seperti ini.
Namun penulis sempat melakukan wawancara singkat dengan salah satu murid di sekolah ini, dari gambaran besar yang diceritakan oleh salah satu murid, dari 3 ruangan yang ada di sekolah, ternyata sering di lakukan proses belajar mengajar gabungan dalam 1 kelas, bisa dibayangkan seandainya gabungan proses belajar mengajar dari kelas 1 – 5, betapa susahnya guru yang mengajar dalam kelas, entah berapa jumlah murid yang diajarkan, selain itu juga sekolah ini tidak sampai dengan kelas 6, hanya sampai kelas 5, karena untuk yang naik ke kelas 6 harus di pindakan ke Sekolah tetangga dusun yang jaraknya berkisar 1 km, sungguh “memprihatinkan” nasib anak-anak gemerasi penerus bangsa yang kita banggakan ini. Selain itu juga penulis melakukan wawancara dengan Sekertaris Dusun Meu, dalam wawancara singkat, ternyata dengan hadirnya sekolah karena inisiatif masyarakat setempat untuk menghadirkan sekolah di dusun ini dan tenaga guru yang di pakai juga sangat minim kurang lebih ada 5 orang guru, baik guru PNS dan ada juga yg masih honorer. Penulis tidak menanyakan upah yang didadapatkan oleh tenaga guru yang mengajar, tertutama tenaga honorer, karena bagi penulis, bisa dibayangkan upah guru honorer yang didapatkan dari jumlah murid yang cuma seberapa, selain itu penulis menanyakan tentang buku pelajaran yang digunakan untuk proses belajar mengajar didapatkan dari mana..? ternyata buku pelajaran yang didapatkan, sebagian guru membeli sendiri atau ada bantuan donatur lain yang menyumbangkan untuk di pakai dalam proses belajar mengajar.
Dalam pembangunan Sekolah SD Inpres Lateri-Kelas Jau Meu memang ada bangunan baru yang dibangun untuk menggantikan bangunan yang lama, tetapi sesuai dengan keterangan yang didapatkan mereka tidak tahu dari mana bantuan yang diberikan untuk membangun sekolah yang baru. Namun mereka sangat berharap semoga ada bantuan lain baik swasta maupun pemerintah setempat yang dapat mendukung pelaksanaan bangunan sekolah SD Inpres Lateri/Kelas Jau Meu. Dari realita pendidikan yang penulis temukan adalah sepengal penerapan pendidikan yang terjadi di bangsa ini khususnya di Provinsi Maluku, karena bagi penulis pasti ada di bagian wilayah Indonesia yang mengalami hal yang serupa bahkan pastinya ada yang lebih parah dari apa yang penulis temukan.
Dari semua yang telah penulis paparkan secara jelas dalam tulisan singkat ini, penulis sangat berkeinginan untuk bisa berpartisipasi untuk membantu apa yang bisa di bantu demi meningkatkan kualitas mutu pendidikan yang baik, berawal dari sumbangan buku pelajaran yang sangat penting dibutuhkan, karena walaupun gedung sekolah tidak layak untuk digunakan tapi semangat adik-adik pasti sangat luar biasa, mereka pasti mempunyai cita-cita setelah selesai berada di bangku sekolah dan untuk menunjang itu buku adalah hal yang sangat penting untuk di perlukan, sehingga ide pemikiran penulis beranjak dari cita-cita besar adalah “Satu Buku Untuk Generasi Maluku Hari Ini Dan Akan Datang” tidak lain untuk menunjang mutu pendidikan ketika mereka selesai dari bangku sekolah dan melanjutkan ketingkatan yang berikutnya dan jangan sampai kita menjadi bangsa yang hanya setiap kalinya system pendidikan dirubah,tapi mutu pendidikan masih tetap sama dari tahun ke tahun dan belum dirasakan oleh semua anak bangsa yang berhak mendapatkan pendidikan yang layak.
Oleh : Moh Ramli Tomagola, Mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Kristen Satya Wacana - Salatiga
"Kalau bukan Katong Sapa Lai,Kalau Bukan Sekarang Kapan Lai"
Salam Maluku Cerdas.