Negeri Haruku terkenal dengan budaya Sasi Lompa. Budaya yang menjaga siklus hidup ikan lompa, sejenis ikan Sardin agar tidak punah dan sudah mulai dirayakan sebagai pesta rakyat sejak abad 14 lalu sampai sekarang. Selain Sasi Lompa, Negeri Haruku juga memiliki Monumen Kalpataru, Monumen Latuharhary dan Benteng Neuw Zelandia yang menjadi situs sejarah Negeri tersebut.
Hari ini penerima Beasiswa Maluku Cerdas melakukan Edu Trip ke Negeri Haruku. Salah satu tempat yang dikunjungi adalah Rumah Kewang. Sebuah Tempat yang sering ramai dikunjungi oleh mahasiswa atau pendatang yang ingin belajar budaya Sasi Lompa, Habitat Burung Maleo dan sejarah Negeri Haruku lainnya.
Di Ruangan Sanggar Seni Budaya Haru uku, Peserta Edu Trip berjumpa dengan seorang lelaki berusia 70 tahun yang sudah mengabdikan dirinya sebagai Kepala Kewang sejak tahun 1987. Bapak Eliza Kizzya yang akrab disapa Bapak Elly adalah sosok orang tua yang penuh inspirasi. Walaupun hanya lulusan SR (Sekolah Rakyat), Bapak Elly mampu menunjukan dedikasi dan kecintaannya akan warisan Leluhur dan lingkungan.
Rasa bangga nampak terlihat di wajah-wajah 17 peserta Edu Trip yang sedang mengikuti sharing bersama Beliau. Percakapan hari ini lebih mengupas pada pertanyaan tentang refelksi sejarah dan budaya negeri Haruku. Bagaimana melestarikan budaya leluhur, mencintai kearifan lokal seperti sasi (sebagai warisan budaya) ikan lompa yang merupakan spesies endemik Maluku? Bagaimana menemukan panggilan sebagai anak Negeri untuk menjaga hujan dan lingkungan? Bagaimana peduli dengan habitat Burung Maelo yang semakin sedikit jumlahnya? Bagaimana sampai adanya Monumen Kalpaturu? Tuturan Sejarah Buaya yang bertarung di pulau Sial dan Bagaimana menghidupkan warisan leluhur itu dalam diri generasi muda?
Sebagai Kewang Adat, Bapak Eliza Kzzya bersama keluarga selalu menunjukan rasa cintanya mereka akan lingkungan. Mereka membuat habitat burung Maleo yang berlokasi di Kompleks Rumah Kewang mulai dari menyediakan tempat bertelur dan kandang bagi tempat tinggal anak burung Maleo. Setelah burung Maleo itu besar maka akan dilepaskan kembali ke Hutan. Menurut Bapak Elly, burung Maleo adalah jenis monogami. Burung Maleo jantan akan datang lebih dulu untuk memeriksa lokasi apakah aman bagi pasangannya bertelur. Si jantan akan menjaga si betina saat bertelur sampai selesai karena burung Maleo betina ini akan pingsan saat melahirkan telurnya itu.
Nah, Kesempatan ini Bapak Elly mengajak peserta Edu Trip untuk melihat habitat burung Maleo secara langsung. Selain burung Maleo, peserta juga dapat melihat hewan tuturuga dan penyu yang sedang dirawat Bapak Elly. Hewan ini sempat terluka dan ditemukan oleh anak-anak Negeri. Mereka membawanya ke Kepala Kewang untuk dirawat. Jika sudah sembuh penyu tersebut akan dikembalika ke laut. Setelah dari Rumah Kewang, Peserta Edu Trip mengunjungi tempat peninggalan bangsa portugis yakni benteng New Zelandia.
Edu Trip kali ini terasa lebih menyenangkan ketika di tambah dengan tutur bahasa kedaerahan, prestasi dan pantun dari Kepala Kewang Adat Negeri Haruku. Tidak Lupa pula sambutan hangat keluarga pada makan siang bersama yang disajikan oleh istrinya bapak Elly. Keakraban yang hangat dan penuh rasa hormat ini mengingatkan pada ucapan Sosok penjaga hutan itu "Sebelum negara ada, negeri Adat sudah ada. Negeri yang duluan ada dan membentuk sebuah bangsa. jadi, jika kamu ingin membangun bangsa maka bangunlah dari desa/negeri dimana kamu tinggal".
Salam Maluku Cerdas